Minggu, 16 Desember 2012


MAKALAH EVOLUSI
Koevolution; teori endosimbiosis; primer, sekunder & tersier endosimbiosis



Oleh:
Faisal haryansah                   
juliadinugroho               







Pendahuluan
Evolusi adalah perubahan frekuensi gen pada populasi dari masa ke masa; dan evolusi adalah perubahan karakter adaptif pada populasi dari masa ke masa. Evolusi telah mempersatukan  semua cabang ilmu biologi. Dalam kajian evulusi bukan hanya membahas tentang manusia atau hanya mahluk-mahluk multi seluler, akan tetapi evolusi juga membahas tentang mahluk uniseluler. Yang akan di bahas dalam makalah ini adalah suatu bahasan bagaimana evolusi yang terjadi tidak hanya melibatkan satu indvidu tetapi mahluk lain yang juga mendukung  evolusi itu terjadi atau yang biasa di kenal sebagai koevolusi. Koevolusi antara mahluk hidup banyak contoh nya seperti simbiosis, predasi, dll. Pada perkembangan evolusi prokariotik terjadi endosimiosis dengan cara menelan atau fagositosis sesama prokariotik atau dengan eukariotik. Endosimbiosis di bagi menjadi tiga yaitu endosimbiosis prier, sekunder, dan tersier. pada proses endosimbiosis ini juga menjelaskan bagaimana terbentuk nya eukariotik atau bagai mana mitokondria dan plastida bisa ada di dalam eukariotik , serta bagaimana terbetuk nya eukariotik bisa terbentuk dari prokariotik. Pada endosimbiosis tersier contoh yang terjadi pada Dinofagellata.










Pembahasan
A.    Koevolusi
dua milyard tahun yang lalu, ketika bumi hanya dihuni oleh bakteri, ada satu jenis bakteri bernama bakteri sian, yang menghasilkan oksigen. oksigen merupakan unsur beracun bagi biosfer saat itu. ketika polusi oksigen mencapai titik paling parah, terjadi kematian massal yang akhirnya memaksa seluruh bakteri yang tersisa untuk bekerjasama, dengan menciptakan mutasi dan sistem baru. sebagian bakteri masuk ke tanah demi menghindari oksigen, sebagian lagi membangun kemampuan untuk bernapas dengan oksigen. gabungan kedua bakteri ini menghasilkan bakteri bernukleus pertama. bakteri yang bermutasi menjadi pengguna oksigen melakukan invasi ke bakteri lain, akhirnya menghasilkan mitokondria, yang sampai detik ini menjadi bagian sel permanen tubuh kita. ada juga bakteri lain yang akhirnya menjadi kloroplas yang mampu menghasilkan energi dari sinar matahari dan air, inilah awal munculnya tumbuhan.itulah koevolusi, kemampuan mahluk hidup untuk mengubah konteks yang semula musuh menjadi teman, dan perubahan itu menciptakan kehidupanbaru.Dalam artian terluas, koevolusi adalah "perubahan pada objek biologis yang dicetuskan oleh perubahan pada objek lain yang berkaitan dengannya".Koevolusi dapat terjadi pada berbagai tingkatan biologis: ia dapat terjadi secara makroskopis maupun mikroskopis. Tiap-tiap pihak dalam suatu hubungan evolusioner memberikan tekanan seleksi kepada pihak lainnya, sehingga memengaruhi evolusi pihak lain tersebut. Koevolusi pada tingkat spesies meliputi evolusi spesies inang dengan parasitnya. Hal ini merupakan contoh evolusi mutualisme yang berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Evolusi yang berkembang karena faktor non-biologis seperti perubahan iklim tidak dapat dianggap sebagai koevolusi. Evolusi yang memiliki interaksi satu lawan satu seperti antara mangsa dengan predator, organisme inang dengan parasitnya, adalah koevolusi. Namun dalam kebanyakan kasus, hal ini tidaklah jelas. Suatu spesies dapat berevolusi sebagai respon dari tekanan seleksi dari banyak spesies lainnya, dan tiap-tiap spesies lainnya juga berevolusi merespon banyak spesies lainnya pula. Situasi ini dirujuk sebagai "koevolusi baur".


B.     Endosimbiosis
Endosimbiosis adalah suatu transisi dari prokariot menuju eukariot. Sejarah nya dimulai ketika tahun 1920-an, Ivan Wallin telah medugabahwa sel eukariot berasaldari koloni bakteri.  Baru pada tahun Baru kemudian tahun 1981 Margulis mengajukan Teori Endosimbiosis Serial (TES), yaitu evolusi sel eukariot melibatkan simbiosis dari beberapa sel nenek moyang yang saling bebas dalam urutan yang spesifik. Para nenek moyang ini terdiri atas sel inang (arkea metanogen serupa Thermoplasma), nenek moyang mitokondria (serupa Daptobacter dan  Bdellovibrio), nenek moyang kloroplas (serupa Cyanobacter) dan nenek moyang struktur pergerakan selular (serupa Spirochete). Para nenek moyang simbion masuk ke sel inang sebagai makanan yang tidak dicerna atau sebagai parasit internal yang kemudian antar mereka saling bekerjasama yang disebut endosimbiosis. Ketika mereka menjadi saling tergantung maka simbiosis antar mereka menjadi saling tak terpisahkan. “Life did not take over the globe by combat, but by networking”.
Bukti eksperimental terhadap TES dilakukan oleh Kwang W Jeon (1991) dengan cara menginfeksikan bakteri ke amuba, dan berhasil. Bukti lainnya adalah mitokondria dan kloroplas yang ditemukan dalam sel-sel eukariot modern ternyata mempunyai genom tersendiri yang berbentuk sirkular sebagaimana halnya pada prokariot, dan juga mempunyai mesin sintesis protein yang terpisah dari inti. Yang sulit dibuktikan sampai sekarang adalah asal-usul struktur pergerakan eukariot atau undulipodia. Ultrastruktur undulipodia jauh lebih besar dan kompleks dibanding prokariot membuktikan berasal dari simbiosis (hipotesis eksogen) atau undulipodia berkembang secara internal sebagai perpanjangan dari tubulus mikro yang dikenal sebagai filiasi langsung dan kejadian mutasi (hipotesis endogen).
Kronologi TES: sel-sel arkea dan eubakteri bergabung dalam kondisi anaerob; sel-sel arkea menyediakan sitoplasma sedangkan spiroket menyediakan pergerakan dan mitosis; beberapa sel bergabung dengan eubakteria pengguna oksigen yang memunculkan sel yang bersifat aerobik; beberapa sel bergabung dengan cyanobakter fotosintetik yang memunculkan sel yang bisa berfotosintesis.  Kronologi diatas menghasilkan tiga domain kehidupan, yaitu arkea, eubakteri dan eukarya, yang konsisten dengan sistem klasifikasi yang banyak diterima orang.
TES tidak bisa memastikan asal-usul inti sel. Pandangan tradisional terhadap asal-usul inti menyatakan bahwa genom inti berkembang melalui evolusi langsung dari nenek moyang arkea. Di lain pihak, Margulis cenderung berpendapat bahwa inti sel pada eukariotik berasal dari filiasi langsung dan simbiosis. Bukti adanya filisasi langsung ini didukung oleh kemampuan membran sel melipat kemudian mendesak material pewarisan (DNA) ke arah tengah sel. Sedangkan kejadian fusi (simbiosis)-nya tidak berasalan karena kemampuan membungkus mangsa belum pernah ditemukan pada bakteri modern.
Golding dan Gupta (1996) mengajukan pandangan alternatif yang disebutnya sebagai model kimera, yaitu penggabungan antara eubakteri Gram negative sebagai inang dan arkea sebagai simbion . Pada kenyataannya sel-sel prokariotik adalah homogenomik, sedangkan sel eukariot adalah heterogenomik (mempunyai material genetik dari lebih dua induk). Salah satu Buktinya  adalah runutan protein eukariota lebih mirip ke arkea dibanding ke eubakteria.
Martin dan Müller (1998) menambahkan bukti TES dengan mengajukan hipotesis hidrogen, yaitu  penyatuan  antara sel  inang  arkea  metanogen  ( mengkonsumsi  hydrogen  dan karbondioksida)  dan simbion mitokondria yang menghasilkan hidrogen dan karbondioksida. Mengikuti prinsip seleksi,  inang menjadi tergantung ke hidrogen yang dihasilkan oleh simbion. Sayang sekali, pendapat Martin dan Muller ini tidak memperhatikan waktu kemunculan sel-sel simbion, yaitu eukariota berpisah dari arkea jauh sebelum arkea dikelompok-kelompokkan seperti yang ada sekarang. Untuk mengkonfimasi hipotesis hidrogen ini, analisis terhadap runutan lengkap genom eukariota dan arkea harus segera diselesaikan (Vogel 1998).
López-García dan Moreira (1998) berusaha menerangkan lebih ditil kejadian simbiosis dalam TES, yaitu simbiosis terjadi antara arkea metanogen yang menyediakan material inti dan nenek moyang  sulfate-respiring delta-proteobakterium menyediakan hampir semua mesin-mesin metabolisme.  Pendapat ini dikenal  dengan hipotesis sintropik.
      Dalam 30 tahun terakhir ini terjadi akumulasi data runutan protein dan DNA yang merevisi TES secara kontinyu. Setidaknya, landasan teori simbiosis sudah lebih bisa diterima oleh komunitas ilmiah sebagai mekanisme evolusi eukariot. Namun begitu, masih dibutuhkan tambahan data runutan DNA dan meninjau ulang catatan fosil untuk mengungkapkan permasalahan yang paling menantang dan menarik dalam bidang biologi evolusi, yaitu asal-usul eukariot.

Mekanisme terbentuk nya endosimbiosis primer
       Mekanisme endosimbiosis primer di bayangkan sebagai fagositoisdati bakteri- bakteri sel prokariotik. Bakteri –bakteri sel prokariotik  yang telah melakukan faositosis akan bekerja sama ntk menapatkan makanan. Kedua host dan bakteri simbiotik akan bereproduksi secara bersamaan, sehingga selanjutnya  akan terbentuk neocytes endosymbiotic  juga akan berisi bakteri yang tertelan/ hasil fagositosis. Pada  akhir nya baik yang tertelan maupun yang ditelan akan mengalami suatu ketergantungan dimana keduanya mengalami keilanga kemampuan mereka untuk berfungsi tanpa yang lain. Hal ini diasumsikan bahwa Cyanobacteria yang dihasilkan oksigen di atmosfer awal mengharuskan hubungan antara metabolisme endosymbiotic bakteri aerobik tertelan dan prokariota tuan anaerobik. Bakteri tertelan akhirnya melakukan metabolisme oksidatif yang diperlukan untuk kelangsungan hidup sel inang asli, yang seharusnya telah diracuni oleh oksigen atmosfer. Yang hidup bebas mantan bakteri aerobik diasumsikan peran mitokondria dalam sel inangnya. Bakteri yang tertelan akhirnya melakukan metabolism oksidatifyang diperlukan  untuk keperluan hidup sel inang asli.  Demikian juga pada bakteri fotosintetik oleh prokariota endosymbiontic atau eukariota yang menyebabkan evolusi nenek moyang tanaman eukariotik dan protista fotosintesis . Sebagai bakteri fotosintetik yang tertelan disesuaikan dengan sel inang yang menelan yaitu prokariotik, plastida, seperti kloroplas berevolusi. Plastida primer ditemukan di Chlorophyta dan tanaman, Rhodophyta, dan Glaucocystophyta karena plastida mereka berasal langsung dari sebuah cyanobacterium. Semua garis keturunan lain dari plastida telah timbul melalui sekunder (atau tersier) endosimbiosis, di mana eukariot telah memiliki plastida ini diselimuti oleh eukariot kedua. Transfer gen yang cukup telah terjadi di antara genom dan, di kali, antara organisme. Sebuah sejarah yang sangat kompleks akuisisi plastid ditemukan di mahkota eukariotik kelompok Alveolata.


Berikut tahapan yang terjadi pada endosimbiosis primer:
  1. Nenek moyang prokariotik melakukan pelekukan membran plasma kearah dalam. Yang memungkinkan terjadi nya perkembangan inti.
  2.  Nenek moyang prokariotik kemudian melakukan fagositosis atau menelan dari prokariotik heterotrof aerobic kemudian menghasilkan eukariotik heterotropik dengan mikrokondria.
  3. Selanjut nya melakukan serangkaian fagositosis atau menelan  prokariotik fotosintesis,   
  4. Terbentuk nya eukariotik yang memiliki plastida sehingga dapt berfotosintesis.






Gambar proses terbentuk nya endosimbiosis primer( sumber champbell ed. 8)
Endosimbiosis sekunder
Endosimbiosis sekunder adalah ketika sel eukariot menelan sel lain eukariot yang telah mengalami endosimbiosis primer. Proses ini terjadi sangat sering melalui waktu dan telah menyebabkan keragaman genetik yang besar kita temukan di bumi. Perbedaan utama antara endosimbiosis primer dan sekunder bahwa setelah sel ini diselimuti menjadi tergantung pada sel yang lebih besar. Hal ini tidak bisa meninggalkan dan kembali ke keadaan semula. Seperti yang dapat Anda lihat dalam gambar di bawah ini ada perbedaan yang cukup besar antara endosimbiosis primer dan sekunder. Setelah endosimbiosis awal, sel hibrida asli direproduksi dan salah satu keturunan baru ditelan oleh organisme lain non-fotosintetik, yang memungkinkan bahwa sel baru yang akan fotosintesis. Ini semua dimungkinkan karena membran ganda yang dibuat oleh lapisan pertama endosimbiosis dalam endosimbiosis primer, dan membran sel yang dilalap endosimbiosis sekunder membentuk lapisan kedua. Ini adalah alasan bahwa mitokondria dan kloroplas memiliki phospolipid ganda bi-layer.
                                Gambar endosymbiosis sekunder

                Gambar  endosimbiosis primer dan sekunder

ENDOSIMBIOSIS TERSIER
Endosimbiosis tensier terjadi akibat dari masih terjadi nya fagositosis yaitu eukariota non fotosintetik menelan eukariotik fotosintetik  yang telah mengalami endosimbiosis sekunder. Contoh eukariotik yang melakukan ini adalah Dinoflegellata.
Pada kasus endosimbiosis teriser pada peridinin plastid di perkirakan awal nya memiliki 6 apisan membrane hasil dari fagositosis eiring berjalan nya waktu maka terjadi pengurangan jumlah membrane sehingga jumlah anya tinggal mejadi 3 buah lapisa saja. Peridinin sendiri diperkirakan berasal dari haptophya.
Daftar pustaka